Makanan yang Halal dan Sehat: Dasar dari Denyut Nadi Kehidupan yang Berkualitas

Makanan yang Halal dan Sehat: Dasar dari Denyut Nadi Kehidupan yang Berkualitas

Oleh:Muhamad Tisna Nugraha

Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Kalbar

Kebutuhan akan hidup yang sehat dan berkualitas merupakan salah satu hal yang amat dicita-citakan oleh setiap individu. Karena, melalui pencapaian tersebut, seseorang dipercaya dapat tetap menunjukkan eksistensi dirinya sebagai manusia dengan lebih leluasa, tanpa harus dibatasi dengan persoalan yang bersifat fisik.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa mengkonsumsi makanan sehat menjadi salah satu kunci dalam menjaga kualitas hidup di tengah gempuran keberadaan makanan-makanan serba murah, cepat saji, yang belum tentu memiliki kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh, maka dari itu sudah sewajarnya jika umat Islam selalu mempertimbangkan untuk memilih makanan yang akan dikonsumsi sehari-termasuk dengan memperhatikan sertifikasi dari kehalalan suatu produk. Sebab, makanan yang baik adalah makanan yang tidak hanya diperlukan oleh tubuh, namun juga dibenarkan dalam hukum Islam.

Makanan halal dan sehat tidak hanya mengarah pada keabsahan dari produk tersebut untuk dikonsumsi, tetapi juga pada bagaimana proses makanan tersebut diproduksi, disiapkan, dan disajikan. Perluasan pemahaman ini tentunya membawa paradigma berpikir manusia modern tentang pentingnya mempertimbangkan konsumsi makanan halal yang juga dapat menunjang kesehatan. Oleh karena itu, merupakan hal yang keliru jika menganggap bahwa dalam mengkonsumsi makan cukup halal saja tanpa mempertimbangkan nilai gizi, sumber asalnya dan lain-lain. Karena faktanya, konsep makanan halal saling berhubungan dan hal lainnya terutama kesehatan, untuk menjaga keseimbangan fisik dan spiritual. Inilah yang kemudian dikenal sebagai Halalan thayyiban sebagaimana terdapat dalam surah Al-Baqarah (2): 168, dimana istilah tersebut sering diartikan sebagai makanan yang sah menurut hukum Islam lagi baik atau bermanfaat untuk dikonsumsi.

Penggabungan dua konsep ini berarti memilih bahan makanan yang kaya akan nutrisi seperti protein, serat, vitamin, dan mineral, serta memastikan bahwa semua bahan tersebut diperoleh dan diproses dengan cara yang halal. Misalnya, buah dan sayuran organik yang ditanam tanpa menggunakan pestisida berbahaya dan dipanen dengan cara yang etis adalah contoh makanan yang sehat dan halal. Demikian pula, daging dari hewan yang diberi makan dengan pakan alami, dipelihara dengan baik, dan disapih dengan metode halal, juga termasuk kategori ini.

Selain itu, makanan halal harus bebas dari komponen yang diharamkan. Dalam ajaran Islam, makanan yang diharamkan dalam meliput i: 1) Daging Babi dan Turunannya, 2) Darah yang Mengalir, 3) Daging Hewan yang Mati Sendiri, 4) Hewan yang Dibunuh dengan Cara yang Dilarang, 5) Hewan yang Disembelih Atas Nama Selain Allah, 6) Hewan Buas yang Memiliki Taring, 7) Burung yang Memiliki Cakar Tajam, 8) Minuman Beralkohol, dan 9) Makanan dan Minuman yang Mengandung Racun atau Zat Berbahaya.

Penting untuk diakui bahwa label “halal” pada sebuah produk tidak sekadar mencerminkan kepatuhan dari distributor makanan tersebut terhadap standar keagamaan. Lebih dari itu, label ini menunjukkan bahwa produk tersebut diproduksi dengan mematuhi standar etika dan kemaslahatan. Hal ini, tentu saja dengan menjamin kualitas dan keamanan produk tersebut bagi konsumen. Dalam mewujudkan kepastian ini, lembaga sertifikasi halal memainkan peran yang krusial. Mereka memastikan bahwa apa yang dikonsumsi masyarakat tidak hanya sesuai dengan syariat agama, tetapi juga mendukung kesehatan tubuh.

Dua pilar, yaitu kesehatan dan kehalalan kinilah, kemudian menjadi fondasi dalam mewujudkan gaya hidup yang sehat dan seimbang. Selain itu, memilih makanan yang mendukung kesejahteraan fisik dan spiritual adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan lingkungan sosial kita. Dengan berpijak pada prinsip-prinsip kesehatan dan kehalalan, maka setiap orang tidak hanya berinvestasi pada kesehatan pribadi. Lebih dari itu, berarti turut serta dalam mendukung ekosistem produksi makanan yang adil dan berkelanjutan. Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa berupaya memilih makanan yang terbaik, bukan hanya demi kesejahteraan fisik dan spiritual, namun juga demi kebaikan bersama.

Share this post