MENYELISIK SISI LAIN DARI ARTI KEMERDEKAAN

MENYELISIK SISI LAIN DARI ARTI KEMERDEKAAN

Oleh:Dr. KH. Saifuddin Herlambang, MA
Waketum MUI Kalbar

Term “Merdeka” jika dihubungkan dengan hakikat diri dan kehidupan maka maknanya adalah kemerdekaan diri dan roh itu sendiri dari keterbelengguan gemerlap duniawi, kemerdekaan dari seluruh kepentingan dan kebutuhan serta tuntutan jasmani.
Sesungguhnya ketika “ROH” ditiupkan oleh Allah Swt ke dalam jasad (wanafakhtu fihi min ruhi : Q.S al-Hijr ayat 29) maka asal muasal jasad itu sendiri adalah Allah Swt, di mana roh bebas dari kemelekatan keduniawian dan belenggu jasmaniyah.

Kemelekatan jasmaniah duniawiah pada roh membuat jasad menuntut kebutuhan-kebutuhannya, sehingga keberadaan roh yang sedang berada di dalam jasad menjadi tidak merdeka lagi, roh selalu dihadapkan dengan kenyataan bahwa seseorang selalu menginginkan duniawi. Karena itu selalu dikatakan bahwa “dunia ini adalah ujian atau fitnah”.
Jika dihat dari makna kemerdekaan sejati terkait dengan kemelekatan dunia dan roh maka sesungguhnya orang yang merdeka itu secara hakikat adalah mereka yang mampu melepaskan diri dari belenggu atau kemelekatan hawa nafsu duniawi yang berlebihan. Yang berlebihan itu adalah yg sampai membuat roh menjadi gelisah. Satu-satunya cara untuk memerdekakan roh adalah seseorang harus mencoba untuk zuhud yakni melepaskan kemelekatan duniawi. Zuhud dalam arti melepaskan hati dari sensitifitas keduniawian berupa belenggu ikatan hawa nafsu yang selalu menggoda.
Perlu disadari bahwa sesungguhnya tuntutan-tuntutan duniawi membuat roh itu menjadi terpenjara, jika kita bisa melepaskan diri dari kemelekatan duniawi maka sesungguhnya kita telah memerdekakan roh itu sendiri meskipun ia masih berada di dalam jasad.

Dengan apa kita bisa memerdekakan roh itu, meskipun kita masih hidup di dunia ini meskipun roh kita masih melekat dalam jasad ini? Jawabnya dengan cara memberikan kebutuhan roh itu dengan amaliah-amaliah rohaniah. Sesungguhnya roh itu membutuhkan kedekatan dengan Allah Swt, cara satu-satunya untuk memerdekakan roh meskipun dia masih berada di dalam jasad adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mendekatkan roh kepada Allah Swt adalah dengan melaksanakan salat.

Salat adalah satu hal yang menghubungkan antara roh kita dengan asalnya yaitu Allah Swt ketika kita melaksanakan salat dengan baik maka roh kita akan tenang. Itulah yang disebut dengan roh muthmainnah atau roh yang tenang. Roh yang tenang senantiasa salat (tersambung) dengan Allah artinya salat itu berasal dari kata sholla – yusholli – sholatan; yang artinya roh connected atau ketersambungan roh dengan asalnya yaitu Allah Swt, maka Rasulullah Saw bersabda “asshaltu mi’rajul mu’minin” artinya salat itu adalah naiknya roh ke langit (naiknya roh kepada Allah) maksudnya roh orang yang beriman ketika salat roh nya tersambung dengan Allah Swt, itulah yang disebut dengan salat. Ketersambungan dengan Allah secara terus menerus membuat roh terbebas dan merdeka. Kalau seseorang salatnya Benar berarti dia telah membebaskan atau memerdekakan rohnya dari belenggu duniawi.

Oleh sebab itu seseorang yang tidak pernah meninggalkan salat maka roh nya akan tenang dan disebut dengan roh yang tenang adalah roh yang dipanggil oleh Allah nanti di akhirat dengan roh yang muthmainnah (jiwa yang tenang). Ketika seseorang telah meninggal dunia maka ia akan pergi menghadap Allah dan Allah akan memanggil roh tersebut dengan mengatakan “yaaa ayyatuhun-nafsul-muthmainnah” yang artinya wahai roh atau jiwa yang tenang kembalilah kepada Allah Swt. Roh yang tenang itu adalah jiwa yang telah terbebas dan merdeka dari kemelekatan duniawi yang menyibukkan.

 

Share this post