Dr.Zulkifli, MA: Mahasiswa STAIMA Mesti Tangguh dan Berakhlaqul Karimah Hadapi Industri 4.0

Dr.Zulkifli, MA: Mahasiswa STAIMA Mesti Tangguh dan Berakhlaqul Karimah Hadapi Industri 4.0

Sintang – mui-kalba.or.id, Bertempat di Aula Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif (STAIMA) Sintang, Sekretaris Umum MUI Kalbar Dr. Zulkifli, S.Ag., MA. menyampaikan kepada para mahasiswa baru (semester 1) dan mahasiswa semester 3 bahwa menghadapi era industri 4.0 dan masyarakat 5.0 mahasiswa harus memiliki ketangguhan dan akhlaqul karimah agar mampu survive,  Sabtu, 3/9.

Didampingi Ketua STAIMA M. Faisal, M.Pd., dan jajaran pimpinan STAIMA, Zulkifli menyebut bahwa STAIMA memiliki keunggulan yang dapat dioptimalkan yaitu berbasis trasisi NU dan sarana asrama mahasiswa yang dapat dijadikan tempat menempat soft skills dan hard skills para mahasiswa.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaria MUI Kalbar dalam rangka memberikan Studium General atau Kuliah umum yang rutin dilaksanakan oleh STAIMA Sintang setiap mengawali Tahun Akademik. Kuliah umum mengambil tema: “Membangun Gernerasi Tangguh Dan Berakhlaqul Karimah Melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka”.

“Berbasis tradisi Islam Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, diyakini oleh Zulkifli bahwa mahasiswa STIMA telah ditempa dengan ajaran dan praktik akhlaqul karimah oleh para dosen, kyai, dan ustadz yang ada di STAIMA. Akhlaqul karimah seperti jujur, ananah, qanaah, ikhlas, tawakkal, dll. harus terus dipupuk dan dibiasakan oleh mahasiswa di bawah bimbingan para dosen. Selain akhlaqul karimah, mahasiswa juga barus memiliki 10 soft skills yang sangat penting di era industri 4.0.

Soft skills tersebut adalah: 1. Complex Problem Solving; 2. Critical Thinking; 3. Creativity; 4. People Management; 5. Coordinating With Othe; 6. Emotional Intelegence; 7. Judgment & Decision Making; 8. Service Orientation; 9. Negotiation; dan 10. Cognitive Flexibility. “Penguasaan berbagai soft skills tersebut sangat penting dalam era di mana batas-batas wilayah seolah-olah sudah tidak ada, semua tekoneksi oleh kesanggihan teknologi era 4.0 yang berintikan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi”.

Zulkifli melanjutkan, “selain harus memiliki pondasi akhlak mulia dan keterampilan lunak (soft skills), mahasiswa juga harus menguasai berbagai keterampilan keras atau hard skills. Berbagai hard skills yang penting dikuasai oleh mahasiswa antara lain: 1. skill mengoperasikan teknologi dan software; 2. skill pemasaran online; 3. skill pengembangan diri; 4. skill bisnis dan keuangan, dan sebagainya.” Meskipun mahasiswa STIMA berasal dari dua prodi keagamaan yaitu S.1 Pendidikan Agama Islam (PAI) dan S.1 Hukum Islam, mereka harus membekali diri dengan hard skill tersebut agar mampu bersaing di era sekarang ini. Untuk membekali mahasiswa dengan soft dan hard skill Zulkifli kembali menekankan pentingnya eksistensi asrama mahasiswa. Di asrama dapat diprogramkan pembinaan soft dan hard skill tersebut”.

Terkait dengan kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang pada intinya bertujuan membekali lulusan perguruan tinggi memiliki kompetensi yang siap memasuki dunia kerja, menurut Zulkifli memang penting diterapkan. MBKM sebenarnya tidak jauh berbeda dengan esensi konsep link and match yang dulu digagas oleh Mendikbud Prof. Wardiman Djoyonegoro. Hanya saja kritik Zulkifli, adanya MBKM mengesankan bahwa keberadaan penjuruan berupa program studi (prodi) terkesan sia-sia. Prodi yang menunjukkan adanya sepsifikasi keilmuan dan keterampilan seolah tidak ada artinya dan belum cukup, karena MBKM menganjurkan mahasiswa mengambil mata kuliah di prodi lain bahkan ke lembaga lain untuk mengasah kompetensi mahasiswa. Ini berarti Prodi yang sudah ada tidak bisa membekali mahasiswa dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. (Rilis)

Share this post

Post Comment